Sunday, 16 August 2015

KERAJAAN SINGHASARI

KERAJAAN SINGHASARI


Singhasari, adalah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Pusat kerajaan ini berada di daerah Tumapel (sekarang di wilayah Malang).


Berdirinya Singhasari
Tumapel merupakan daerah di bawah wilayah Kerajaan Kadiri. Penguasa Tumapel waktu itu Tunggul Ametung, yang memiliki istri bernama Ken Dedes. Ken Arok, seorang rakyat jelata yang kemudian menjadi prajurit Tunggul Ametung, berikeinginan untuk menguasai Tumapel. Ken Arok kemudian membunuh Tunggul Ametung dengan keris yang dipesan dari Mpu Gandring.

Ken Arok kemudian menjadi pengganti Tunggul Ametung dengan dukungan rakyat Tumapel. Ken Dedes pun menjadi istri Ken Arok. Ia dimahkotai dengan gelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabumi. Tak lama kemudian, Ken Dedes melahirkan puteranya hasil perkawinannya dengan Tunggul Ametung, yang diberi nama Anusapati. Dari selir bernama Ken Umang, Ken Arok memiliki anak bernama Tohjaya.

Langkah selanjutnya adalah penyerbuan ke pusat Kerajaan Kadiri. Ken Arok memanfaatkan situasi politik Kadiri yang kurang kondusif waktu itu, dan beraliansi dengan para brahmana. Raja Kadiri Kertajaya akhirnya dapat dikalahkan pada tahun 1222, dan sejak itu Kadiri menjadi bagian dari wilayah Singhasari.

Singhasari: 1222-1254
Kitab Pararaton mengisahkan pertempuran berdarah yang terjadi pada keturunan Ken Arok. Anusapati yang kemudian mengetahui bahwa pembunuh ayahnya (Tunggul Ametung) adalah Ken Arok, pada tahun 1227 ia membunuh Ken Arok, dan kemudian menjadi menggantikannya menjadi Raja di Kerajaan Singhasari.

Anusapati memerintah Singhasari selama 20 tahun. Tohjaya, putera Ken Arok dari selir bernama Ken Umang kemudian menuntut balas kematian ayahnya. Tohjaya kemudian membunuh Anusapati pada tahun 1248, dan menjadi raja Singhasari. menurut beberapa riwayat juga dilakukan dengan menggunakan keris Mpu Gandring.

Tohjaya mendapat banyak tentangan, karena ia hanyalah anak seorang selir yang tidak berhak menduduki singgasana Singhasari. Tohjaya hanya memerintah kurang dari setahun, karena tewas dalam sebuah pemberontakan (yang menentang dirinya menjadi raja) yang dipimpin oleh Ranggawuni (anak Anusapati) dan Mahesa Cempaka (anak Mahesa Wong Ateleng). Sebagai penggantinya adalah Wisnuwardhana (Ranggawuni), putera Anusapati.

Singhasari di bawah Wisnuwardhana
Pada masa kekuasaan Ranggawuni bergelar Wisnuwardhana, perseteruan antar-keluarga dalam Dinasti Rajasa berakhir dengan rekonsiliasi. Wisnuwardhana memerintah bersama sepupunya, Mahesa Cempaka. (Mahesa Cempaka dan Ranggawuni adalah cucu Ken Dedes). Wisnuwardhana memiliki menantu bernama Jayakatwang. Pada tahun 1254, Wisnuwardhana turun tahta dan digantikan oleh puteranya, Kertanagara. Wisnuwardhana meninggal pada tahun 1268.

Singhasari di bawah Kertanagara
Kertanagara adalah raja terakhir Singhasari (1268-1292). Pada tahun 1275, Kertanagara mengirim utusan ke Melayu, dan patungnya sebagai Amoghapasha didirikan di Jambi (1286). Pada tahun 1284, Kertanagara mengadakan ekspedisi ke Bali, dan sejak itu Bali menjadi wilayah Kerajaan Singhasari. Pada tahun 1289, Kubilai Khan (Kekaisaran Mongol) mengirim utusan ke Singhasari untuk meminta upeti, namun ditolak dan dipermalukan oleh Kertanagara.

Jatuhnya Singhasari
Kekuatan Singhasari yang terfokus pada persiapan pasukan untuk mengantisipasi balasan Mongol, membuat lengah pertahanan dalam negeri. Akibatnya kesempatan ini digunakan oleh Jayakatwang memberontak terhadap Singhasari. Jayakatwang adalah menantu Wisnuwardhana, yang kurang suka dengan peralihan kekuasaan Singhasari ke tangan Kertanagara. Kertanagara akhirnya meninggal ketika mempertahankan istananya (1292). Pertempuran ini digambarkan jelas dalam Prasasti Kudadu yang ditemukan di lereng Gunung Butak, Mojokerto.

Raden Wijaya, menantu Kertanagara, berhasil melarikan diri beserta Aria Wiraraja ke Sumenep (Madura) dan di sana ia merencanakan strategi untuk mendirikan kerajaan baru.

a). Ken Arok
Ken Arok (atau dieja pula Ken Angrok), adalah raja pertama Singhasari (1222-1227), sekaligus pendiri Dinasti Rajasa.

Asal usul
Menurut kitab Pararaton, Ken Arok dilahirkan di daerah yang saat ini adalah Malang pada abad ke-13. Bayi Ken Arok ditelantarkan di sebuah makam, hingga akhirnya diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong. Ken Arok Muda dikenal sebagai penjudi, hingga membebani orang tuanya hutang yang banyak.

Pada waktu itu, Tumapel merupakan daerah kekuasaan bawah Kerajaan Kadiri. Penguasa Tumapel adalah Tunggul Ametung, yang memiliki istri bernama Ken Dedes. Kondisi politik Kadiri waktu itu juga sedang kacau. Kertajaya dikenal sebagai raja yang kejam, bahkan meminta rakyat untuk menyembahnya. Hal ini ditentang oleh para Brahmana.

Ken Arok merebut kekuasaan Tunggung Ametung
Ken Arok kemudian menjadi prajurit yang mengabdi kepada Tunggul Ametung di Tumapel. Ken Arok sangat menginginkan menjadi raja dan memperistri Ken Dedes. Akhirnya Ken Arok memesan sebuah keris pada Mpu Gandring untuk membunuh Tunggul Ametung. Mpu Gandring menolak menyelesaikan pembuatan keris tersebut hingga Ken Dedes yang waktu itu mengandung, melahirkan putranya. Ken Arok tidak mau tahu, hingga pada suatu saat ketika mengetahui pembuatan keris belum juga selesai, Ken Arok menusuk Mpu Gandring dengan keris yang belum jadi hingga tewas.

Sekembalinya di Tumapel, Ken Arok merencanakan strategi selanjutnya. Ken Arok memanfaatkan Kebo Ijo, seorang figur yang suka pamer dan menyombongkan diri. Ken Arok meminjamkan keris buatan Mpu Gandring kepada Kebo Ijo, yang tentu saja kemudian dipamerkan ke setiap orang. Pada suatu saat, Ken Arok membunuh Tunggung Ametung, dan rakyat Tumapel menyalahkan Kebo Ijo.

Dalam langkahnya untuk melakukan kudeta terhadap Tunggul Ametung, Ken Arok mendapat dukungan dari para pendeta Hindu Wisnu yang menganggap Ken Arok dapat mengembalikan kejayaan Hindu Wisnu

Berdirinya Kerajaan Singhasari

Ken Arok kemudian menjadi pengganti suksesor Tunggul Ametung dengan dukungan rakyat Tumapel. Ken Dedes pun menjadi istri Ken Arok. Ia dimahkotai dengan gelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabumi. Tak lama kemudian, Ken Dedes melahirkan puteranya hasil perkawinannya dengan Tunggul Ametung, yang diberi nama Anusapati. Sementara itu, hasil perkawinan Ken Arok dan Ken Dedes membuahkan anak bernama Mahesa Wong Ateleng, Panji Saprang, Agnibhaya dan Dewi Rimbu. Dari selir bernama Ken Umang, Ken Arok memiliki anak bernama Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wergola dan Dewi Rambi.

Langkah selanjutnya adalah penyerbuan ke pusat Kerajaan Kadiri. Ken Arok memanfaatkan situasi politik yang kurang kondusif waktu itu, dan beraliansi dengan para brahmana karena tidak setuju pada kehendak Sri Kertajaya yang ingin mendewakan diri dan disembah selayaknya para dewa. Raja Kertajaya yang juga dikenal dengan nama Prabu Dandang Gendis, akhirnya dapat dikalahkan pada tahun 1222 dalam perang Ganter, dan sejak itu tamatlah riwayat Kerajaan Kadiri, kerajaan yang didirikan oleh Airlangga.

Ken Arok kemudian mendirikan kerajaan yang dikenal dengan nama Singhasari. Ia sendiri bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Amurwabhumi, dan memerintah hanya dalam kurun waktu lima tahun (1222 - 1227).

Wafatnya Ken Arok

Ketika Anusapati telah cukup dewasa, ia mengetahui bahwa pembunuh ayahnya (Tunggul Ametung) adalah Ken Arok. Melalui tangan seorang pengalasan dari desa Batil, Anusapati memerintahkan pembunuhan terhadap Ken Arok. Akhirnya pada tahun 1227 ia membunuh Ken Arok, dan kemudian Anusapati membunuh pengalasan tersebut sebagai tindakan untuk menutup mulut. Sang Anusapati kemudian menjadi suksesor Kerajaan Singhasari. Ken Arok dicandikan di Kagenengan, candi ini merupakan candi tertua diantara duapuluh tujuh candi keluarga wangsa Rajasa, wangsa yang didirikan oleh Ken Arok yang menjadi cikal-bakal raja raja di tanah Jawa.

Didahului oleh:
-        Raja Singhasari
1222 - 1227         Digantikan oleh:
Anusapati


b). Anusapati
Anusapati, adalah raja kedua Singhasari (1247-1248). Ia adalah anak dari perkawinan Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Sewaktu dalam kandungan, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dan kemudian memperistri Ken Dedes. Ken Arok kemudian menjadi raja pertama Singhasari.

Ketika Anusapati cukup dewasa dan mengetahui bahwa pembunuh ayahnya adalah Ken Arok, pada tahun 1227 Anusapati membunuh Ken Arok, dan kemudian menjadi raja kedua Singhasari.

Anusapati memerintah Singhasari selama 20 tahun. Tohjaya, putera Ken Arok dari selir bernama Ken Umang kemudian menuntut balas kematian ayahnya. Tohjaya kemudian membunuh Anusapati pada tahun 1248, dan menjadi raja Singhasari.

Menurut Pararaton dan Negarakertagama, Anusapati selanjutnya didharmakan di candi Kidal sebagai Siwa.
Didahului oleh:
Ken Arok
Raja Singhasari
1247 - 1248         Digantikan oleh:
Tohjaya


c). Tohjaya
Tohjaya, adalah raja ketiga Singhasari (1248). Tohjaya adalah anak Ken Arok dari selir bernama Ken Umang. Tohjaya menjadi suksesor Singhasari setelah membunuh Raja Anusapati (anak Tunggul Ametung dan Ken Dedes). Pembunuhan tersebut adalah balas dendam karena Anusapati adalah pembunuh Ken Arok, ayah Tohjaya.

Tohjaya mendapat banyak tentangan, karena ia hanyalah anak seorang selir yang tidak berhak menduduki singgasana Singhasari. Tohjaya hanya memerintah kurang dari setahun, karena tewas dalam sebuah pemberontakan (yang menentang dirinya menjadi raja). Sebagai penggantinya adalah Wisnuwardhana (Ranggawuni), putera Anusapati.

Didahului oleh:
Anusapati
Raja Singhasari
1248  Digantikan oleh:
Wisnuwardhana


d). Wisnuwardhana
Wisnuwardhana (atau Ranggawuni), adalah raja keempat Singhasari (1248-1268). Wisnuwardhana adalah putera raja Anusapati. Wisnuwardhana menjadi raja setelah adanya pemberontakan di Singhasari yang menentang Tohjaya sebagai raja, dan Tohjaya tewas dalam pemberontakan tersebut.

Pada masa kekuasaannya, perseteruan antarkeluarga dalam Dinasti Rajasa berakhir dengan rekonsiliasi. Wisnuwardhana menikah dengan puteri keturunan eks-Kerajaan Kadiri. Kerajaan Kadiri tamat riwayatnya setelah dihancurkan oleh Ken Arok, pendiri Kerajaan Singhasari. Wisnuwardhana memerintah bersama sepupunya, Mahesa Cempaka. (Mahisa Cempaka adalah cucu Ken Arok).

Wisnuwardhana memiliki menantu bernama Jayakatwang. Pada tahun 1254, Wisnuwardhana turun tahta dan digantikan oleh puteranya, Kertanagara. Wisnuwardhana meninggal pada tahun 1268.

Didahului oleh:
Anusapati
Raja Singhasari
1248 - 1254         Digantikan oleh:
Kertanagara


e). Kertanagara
Kertanagara, adalah raja terakhir Singhasari (1268-1292). Kertanagara adalah putera Wisnuwardhana (Ranggawuni). Pergantian kekuasaan dari Wisnuwardhana ke Kertanegara merupakan perpindahan kekuasaan secara damai di Singhasari. Kertanagara merupakan sosok yang dipandang sebagai penguasa Jawa pertama kali yang ingin menyatukan Nusantara. Masa pemerintahan Raja Kertanegara dikenal sebagai masa kejayaan Singhasari.

Salah satu politik luar negerinya yang terkenal adalah "Ekspedisi Pamalayu" yang bertujuan untuk memperkuat pengaruh dan persahabatan antara Singhasari dengan kerajaan-kerajaan di Sumatera dan memperkuat pengaruhnya di selat Malaka yang merupakan jalur ekonomi dan politik penting. Pada tahun 1275, Kertanagara mengirim utusan ke Melayu. Raja Kertanegara mengirimkan Arca Amoghapasa sebagai tanda dijalinkannya hubungan diplomatik (1286). Pada tahun 1284, Kertanagara mengadakan ekspedisi ke Bali, dan sejak itu Bali menjadi wilayah Kerajaan Singhasari.

Kertanagara dan Mongol
Kebijakan luar negeri Kertanagara yang ekspansionis merupakan ancaman bagi Kubilai Khan, penguasa Mongol yang waktu itu juga berambisi menguasai Asia. Pada tahun 1289, Kubilai Khan (Kekaisaran Mongol) mengirim utusan ke Singasari (bernama Meng Ki) untuk meminta kepada Kertanagara agar mengakui kekuasaan Mongol, namun ditolak dan dipermalukan oleh Kertanagara.

Kertanagara dan agama
Dalam bidang agama, Kertanegara memperkenalkan penyatuan Syiwa-Buddha yang dikenal sebagai Aliran Tantrayana. Aliran ini sangat unik karena disebutkan bahwa dalam melakukan ibadahnya dengan cara berpesta pora, mabuk mabukan bahkan menikmati kesenangan dunia lainnya. Untuk itu, Raja Kertanegara diabadikan dalam sebuah patung bernama patung "Joko Dolok ".

Pemberontakan di era Kertanagara
Pada masa kekuasaannya, Kertanagara memindah tugaskan dua tokoh penting Singhasari pada masa raja Wisnuwardhana: Mpu Raganata (mantan mahapatih) dan Aria Wiraraja (mantan penasihat keamanan). Mpu Raganata dipandang terlalu vokal, karena mengkritisi kebijakan Kertanagara yang lebih mengutamakan ekspedisi luar negerinya dibanding stabilitas politik dalam negeri. Menurut salah satu catatan sejarah Kidung Panji Wijayakrama, salah satu penyebab pemberontakan yang terjadi di Singhasari dipicu oleh ketidaksenangan Aria Wiraraja yang dipindahtugaskan sebagai gubernur di Sumenep, Madura.

Pemberontakan lain juga dilakukan oleh Jayakatwang, yakni menantu Wisnuwardhana. Jayakatwang kurang suka dengan peralihan kekuasaan ke Kertanagara, karena ia mengklaim sebagai keturunan langsung raja-raka kuno Kadiri, serta ingin melakukan balas dendam terhadap Singhasari yang telah menghancurkan Kadiri. Kekuatan Singasari yang terfokus pada persiapan pasukan untuk mengantisipasi balasan Mongol, membuat lengah pertahanan dalam negeri. Akibatnya kesempatan ini digunakan oleh Jayakatwang memberontak terhadap Singasari. Kertanagara akhirnya meninggal dalam pemberontakan tersebut (1292).

Didahului oleh:
Wisnuwardhana
Raja Singhasari
1268—1292         Digantikan oleh:


http://www.zonawin.com
Taruhan Bola

No comments:

Post a Comment