Bagian Kedua
“Inisiatif
politik Aidit, melontarkan gagasan Angkatan Kelima, sebenarnya adalah semacam
take over atas suatu gagasan yang muncul sebelumnya pada kwartal terakhir tahun
1964”.
“Terkesan pada mulanya Soekarno tertarik sedikit saja meskipun
memperlihatkan sikap cukup menyambut baik gagasan itu dan untuk seberapa lama
belum menunjukkan sikap persetujuan yang jelas”.
KARENA
meninggal dunia di tahun 1925, Dr Sun Yat-sen tak berhasil menyaksikan
rencana-rencananya rampung terwujud. Ia meninggalkan dua kelompok kekuatan di
belakangnya, yakni Chiang Kai-shek bersama sayap kanan Kuomintang-nya dengan
tentara yang sudah lebih kuat di satu sisi dan pada sisi lain Partai Komunis
Tjina yang juga sudah memiliki sejumlah besar manusia yang terlatih sebagai
militer.
Pada
dasarnya sejak awal kedua kelompok ini tak pernah cocok, dan terpaksa bersatu
dalam satu belanga hanya karena mengikuti kemauan Dr Sun Yat-sen. Setelah Sun
Yat-sen meninggal dunia, Jenderal Chiang Kai-shek agaknya sudah merencanakan
untuk pada waktunya mengusir para instruktur Rusia kembali ke negerinya dan
membersihkan militer dan pemerintahan dari unsur-unsur komunis. Namun sebelum
itu, ia memanfaatkan pasukan tentara termasuk orang-orang komunis di dalam
tentara untuk suatu operasi militer penaklukan, tidak sekedar mengertak seperti
rencana semula almarhum Sun Yat-sen, terhadap para panglima militer terutama di
bagian utara daratan Cina, satu persatu.
Chiang
Kai-shek berhasil karena masing-masing warlord itu berdiri sendiri, tidak punya
hubungan satu sama lain. Chiang pun menundukkan yang terkuat, rezim Shih-kai
yang menguasai Peking dan sekitarnya. Chiang lalu menjadi yang paling kuat
untuk saat itu, karena selain menguasai militer dan telah mempersatukan seluruh
kekuatan militer se-Cina melalui penaklukan, ia pun seperti halnya Sun Yat-sen
mengawini seorang puteri keluarga Soong dari Shanghai, keluarga pedagang amat
kaya dan memiliki akar pengaruh yang kuat di Cina pada masa itu. Setelah
berhasil mengkonsolidasikan kekuasaannya, yang mulai terpetakan sejak 1928 dan
menuntaskannya di sekitar tahun 1930, Chiang lalu mulai menjalankan rencananya
sejak lama, mengusir orang-orang Rusia dan melakukan pembersihan terhadap
orang-orang Partai Komunis Tjina.
Kaum komunis
ini terpaksa mengundurkan diri ke bagian tengah dan selatan. Dari daerah-daerah
terpencil di sana mereka melancarkan perlawanan dengan pasukan gerilya, dan
itulah cikal bakal Tentara Merah. Tahun 1931, Mao Zedong, salah satu pendiri
Partai Komunis Tjina dan kemudian menjadi pemimpinnya, dari provinsi Kiangshi
memproklamirkan berdirinya Republik Sovjet Cina.
Di
wilayah-wilayah yang dikuasainya Partai menata ulang tanah-tanah pertanian.
Mereka merampas tanah milik para tuan tanah, membagikannya kepada para petani
untuk digarap sebagai sumber penghasilan partai. Tapi Chiang Kai-shek yang tak
mau mengambil risiko lebih besar kelak di kemudian hari, pada tahun 1935 segera
menyerang wilayah yang dikuasai kaum komunis. Mao dan pengikutnya terpukul dan
lari ke arah barat untuk kemudian berputar ke utara menuju pangkalan yang
mereka telah bangun beberapa tahun sebelumnya di Cina Utara sebelum perang.
Mao dan
lebih dari 300.000 ribu Tentara Merah serta sejumlah kader partai dan pengikut,
menempuh hampir dua puluh ribu kilometer pada daerah-daerah yang sulit dan
berbahaya keadaan alamnya. Berkali-kali berhadapan pula dengan suku-suku
terpencil yang curiga sehingga tak jarang melakukan serangan bersenjata yang
menewaskan banyak dari mereka. Bahkan menghadapi serangan gabungan di wilayah
Tibet dan Mantzu. Dihujani batu dari lereng-lereng gunung, dan tersiksa oleh
serangan-serangan malam yang mendadak dan mematikan, tatkala kebanyakan dari
mereka lelap karena keletihan.
Selain
karena pertempuran sepanjang jalan, korban-korban di kalangan Tentara Merah
berjatuhan pula karena keganasan alam, pemangsaan khewan liar hingga pada
kematian tertelan rawa dan kubangan lumpur hisap. Tapi mereka akhirnya berhasil
tiba di tujuan. Peristiwa perjalanan panjang menempuh belasan ribu kilometer
dan memakan waktu berbulan-bulan yang penuh penderitaan dan kematian inilah
yang dikenal sebagai Peristiwa Long March yang bersejarah.
Di tempat
tujuan, mereka langsung menghadapi pula babak baru Perang Saudara Cina, yang
sempat jeda di tahun 1937, karena harus ikut menghadapi serbuan tentara Jepang
ke daratan Cina. Setelah jeda, perang saudara diteruskan dan dimenangkan kaum
komunis. Chiang Kai-shek bersama pengikutnya lalu melarikan diri menyeberang
laut ke arah Timur ke pulau-pulau Taiwan.
Pengalaman
Cina Komunis dan Tentara Merah, menjadi salah satu sumber inspirasi kaum
komunis di Asia, termasuk bagi Partai Komunis Indonesia. Peristiwa Madiun tahun
1948, memakai model perjuangan Cina Komunis dengan Tentara Merah-nya. Di
Madiun, PKI menggunakan kekuatan militer bersenjata dan memproklamirkan suatu
Republik Sovjet Madiun. Tapi tak berusia panjang.
Model
Tentara Merah sebagai sayap militer partai, menjadi semacam obsesi bagi para
tokoh PKI yang menguasai kendali partai. Ketika sudah berada di atas angin pada
tahun 1964-1965 gagasan sayap militer kembali dikembangkan, melalui infiltrasi
ke tubuh tentara. Cukup memadai tetapi belum mencukupi untuk suatu orientasi
kekuasaan. Dan pada awal 1965, Aidit melontarkan gagasan pembentukan Angkatan
Kelima. Gagasan itu pertama kali dilontarkan oleh Dipa Nusantara Aidit, Kamis
pagi 14 Januari, ketika akan dan sewaktu menghadap Presiden Soekarno di Istana
Merdeka.
Inisiatif
politik Aidit, melontarkan gagasan Angkatan Kelima, sebenarnya adalah semacam
take over atas suatu gagasan yang muncul sebelumnya pada kwartal terakhir tahun
1964. Sewaktu Soekarno berkunjung ke Cina, dalam suatu percakapan, Mao Zedong
dan kemudian Chou En-lai, mengusulkan agar Soekarno mempersenjatai buruh dan
tani bila ingin memperkokoh diri dan memenangkan perjuangan melawan kaum
imperialis, khususnya dalam konfrontasi terhadap Malaysia.
Mao yang
merasa punya pengalaman historis dengan Tentara Merah yang revolusioner yang
menopang berdirinya Republik Rakyat Tjina (RRT), berkata tak cukup bila
Soekarno hanya mengandalkan tentaranya yang sekarang. Percakapan yang lebih
terperinci terjadi antara Soekarno dengan Perdana menteri Chou En-lai. Sang
perdana menteri menyampaikan pendapatnya dengan ungkapan-ungkapan terus terang
kepada Soekarno, bahwa Soekarno tak bisa seratus persen mempercayai tentaranya,
terutama Angkatan Darat, karena banyak perwiranya yang pernah dididik di
Amerika Serikat sampai sekarang masih punya hubungan-hubungan khusus dengan
Amerika Serikat.
Banyak
pimpinan tentara Indonesia adalah termasuk kaum reaksioner, bukan kaum
progresif revolusioner yang bisa diandalkan melawan kaum imperialis. Maka kaum
buruh dan tani yang dipersenjatai itu, harus dibentuk di luar koordinasi
tentara, sebagai Angkatan Kelima yang berdiri sendiri.
Sejak awal
pula, Chou En-lai sudah membayangkan kesediaan RRT membantu bila gagasan itu
mau diwujudkan. Belakangan muncul angka bantuan awal yang akan diberikan dan
katanya disetujui Mao, berupa 100.000 pucuk senjata Tjung, sejenis senapan
ringan buatan RRT. Dengan jumlah senjata itu saja, setidaknya bisa terbentuk
sedikitnya 10 divisi bersenjata. Terkesan pada mulanya Soekarno tertarik
sedikit saja meskipun memperlihatkan sikap cukup menyambut baik gagasan itu dan
untuk seberapa lama belum menunjukkan sikap persetujuan yang jelas. Agaknya,
Presiden Soekarno masih memperhitungkan juga faktor reaksi dan sikap Angkatan
Darat nantinya.
ADALAH Aidit
yang dengan gesit mengambil alih gagasan itu dan merubahnya menjadi suatu
inisiatif politik. Dan sebenarnya, ketika pembicaraan Soekarno dengan para
pimpinan Cina itu terjadi, Aidit pun dengan cepat pada waktu yang hampir
bersamaan telah diinformasikan oleh Duta Besar RRT di Jakarta mengenai adanya
pembicaraan tentang gagasan Angkatan Kelima tersebut. Aidit pun tampil dengan
gagasan itu.
Tatkala
tampil terbuka pertama kali dengan gagasan itu, bersama Aidit pada 14 Januari
1965 di Istana Merdeka itu hadir Ketua Umum Barisan Tani Indonesia (BTI) Asmu
serta dua tokoh unsur Nasakom lainnya, yakni Idham Chalid Ketua Umum NU dan
Hardi SH Ketua I PNI/Front Marhaenis.
Masih
sebelum menghadap kepada Presiden, Aidit dicegat oleh Bernhard Kalb wartawan
Columbia Broadcasting System, Amerika Serikat. Saya akan mengusulkan kepada
Presiden Soekarno agar kaum buruh dan tani segera dipersenjatai, ujar Aidit
kepada Bernhard. Seluruhnya lima belas juta orang, siap dipersenjatai !.
Sepuluh juta
buruh, lima juta petani. Tetapi kemudian sempat terjadi pertukaran kata yang
keras antara sang wartawan dengan sang pemimpin partai, setelah Kalb
melontarkan beberapa pertanyaan yang tampaknya dianggap menyebalkan oleh Aidit.
Setelah pertemuan dengan Soekarno, Aidit menegaskan kembali kepada para
wartawan, bahwa ia memang mengajukan tuntutan kepada Panglima Tertinggi
Angkatan Bersenjata RI, kaum buruh dan kaum tani yang merupakan sokoguru revolusi,
segera dipersenjatai.
Menurut
Aidit, Soekarno menyambut baik tuntutan PKI itu. Maka pada petang harinya,
Harian Warta Bhakti, organ pers Baperki, menurunkan berita dengan judul besar PKI
usulkan 15 djuta massa tani dan buruh dipersendjatai.
Selang tiga
hari, agaknya PKI berhasil menciptakan kesan bahwa tuntutan itu telah menjadi
tuntutan seluruh kekuatan politik yang ada. Lembaga Kantor Berita Nasional Antara
menurunkan berita tentang adanya kebulatan tekad bersama yang menuntut agar
sokoguru-sokoguru revolusi segera dilatih dan dipersenjatai. Menurut berita
bertanggal 18 Januari 1965 itu, Sidang bersama Pengurus Besar Front Nasional
dan Pucuk Pimpinan Partai-partai Politik, Organisasi Massa, Golongan Karya
serta lembaga-lembaga persahabatan, hari Minggu malam (17 Januari) dalam
kebulatan tekad dan instruksi bersamanya, mendesak kepada pemerintah dan
alat-alatnya yang berwenang untuk segera melatih dan mempersenjatai
sokoguru-sokoguru revolusi, sebagai jaminan utama guna mencegah dan mengalahkan
tiap bentuk agresi Inggeris dan agresi Nekolim pada umumnya.
Sidang
bersama menurut berita itu lebih jauh, berlangsung di Gedung BPI (Badan Pusat
Intelejen) dipimpin Wakil Sekertaris Jenderal PB Front Nasional AM Rachman.
Berita itu menyebutkan secara jelas beberapa nama yang berperan dan turut serta
dalam sidang yang mengambil keputusan mengenai Kebulatan Tekad. Nama-nama itu,
yang adalah tokoh-tokoh kelompok komunis, antara lain Anwar Sanusi, Mohammad
Munir, dan Ir Surachman yang dikenal sebagai Sekertaris Jenderal PNI. Satu nama
lain yang disebutkan adalah Menteri Koordinator/Ketua DPRGR (Dewan Perwakilan
Rakyat Gotong Royong) Arudji Kartawinata seorang tokoh unsur A dalam Nasakom.
Kehadiran
beberapa nama tokoh partai politik, organisasi-organisasi massa dan Golongan
Karya disebutkan dalam berita, namun tanpa pencantuman nama orang dengan jelas.
Dan memang, belakangan beberapa pihak menyangkal keikutsertaannya dalam
kebulatan tekad. Tapi ada pula yang tak terberitakan lagi pembenaran atau
sangkalan keterlibatannya di media mana pun.
Selain
tuntutan mempersenjatai para sokoguru revolusi, kebulatan tekad itu menyatakan
pula mendukung sepenuhnya kebijaksanaan dan keputusan Presiden/Pemimpin Besar
Revolusi untuk keluar dari PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Sepuluh hari
sebelumnya, Soekarno memang mengambil tindakan drastis menyatakan Indonesia
keluar dari PBB. Keluarnya Indonesia ini adalah sebagai reaksi atas terpilihnya
Malaysia yang justru menjadi sasaran konfrontasi Indonesia kala itu sebagai
anggota Dewan Keamanan PBB. Bagi Soekarno, tentu saja keberhasilan Malaysia
menduduki kursi dalam Dewan Keamanan PBB dan kegagalan Indonesia mencegahnya,
merupakan kejadian yang menjengkelkan.
Bagi anda yang berminat dengan permainan
kartu online berbayar yang dapat dipercaya, silahkan klik link situs kami di
agen judi online dan daftar menjadi
member kami sekarang juga, maka anda akan mendapatkan fasilitas dan bonus.
Layanan kami ini di dukung dengan fasilitas chat yang selalu siap melayani dan
menemani anda selama 24 jam penuh.
No comments:
Post a Comment