Saturday 22 August 2015

Prasasti Kerajaan Mataram

1. Prasasti Tuk Mas
2. Prasasti Sojomerto (akhir abad 7)
3. Prasasti Canggal (732 M)
4. Prasasti Plumpungan 750 M
5. Prasasti Ligor B (775 M)
6. Prasasti Kalasan 778 M
7. Prasasti Kelurak 782 M
8. Prasasti Karang Tengah 824 M
9. Prasasti Gandasuli (832 M)
10. Prasasti Sri Kahulunan (842 M)
11. Prasasti Tulang Air (850 M)
12. Prasasti Wantil, Ratu Boko (856 M)
13. Prasasti Argopuro (863 M)
14. Prasasti Wuatan Tija (880 M)
15. Prasasti Mentyasih/Kedu/Balitung (907 M)
16. Prasasti Wanua Tengah (908 M)



Prasasti Tuk Mas (Dakawu, Lereng gunung Merbabu)

Ditulis dengan huruf Pallawa. Dilihat dari bentuk tulisan diperkirakan pada abad VII dan lebih tua dari canggal.

Isinya tentang pujian kepada suatu mata air yang keluar dari gunung, menjadi sebuah sungai yang mengalirkan airnya yang dingin dan bersih melalui pasir dan batu-batu bagaikan sungai gangga.


Prasasti Sojomerto (Tegal, Pekalongan)

Huruf Pallawa, bahasa Melayu Kuno.
Dari bentuk huruf diperkirakan pada akhir abad VII.

Menyebutkan tentang Dapunta Salendra yang menyembah Bhatara Siwa,memuat pula silsilah Dapunta Salendra yang memiliki orang tua Sentanu dan Bhadrawati, Dia menikah dengan Sampula.

Prasasti ini bersifat Siwa-Hindu.



Prasasti Canggal (654 S/ 732 M)

Bait 1 : pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung.

Bait 2-6 : Pujaan terhadap Dewa Siwa, dewa Brahma, dan Dewa Wisnu.

Bait 7 : Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa.

Bait 8-9 : Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung.

Bait 10-11 : pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha).

Bait 12 : kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang.



Prasasti Kalasan (700 S/ 778 M)

Bersifat Budha, berhuruf Pallawa, berbahasa Sansekerta.

Bait 2-3 : Para guru raja Syailendra mohon kepada Maharaja Tejah Purnapanna Panangkaran, agar beliau membangun candi Tara, lengkap dengan arcanya, candinya dan perumahan untuk para pendeta yang ahli dalam pengetahuan Mahajana Winaya.

Bait 4-6 : Para pangkur, tawan dan tirip menerima perintah untuk membangun candi Tara dan perumahan para pendeta. Candi itu didirikan di daerah makmur sang raja yang menjadi hiasan wangsa Syailendra dan demi kepentingan para guru dan raja Syailendra. Pada tahun saka 700 pembangunan candi Tara tempat para guru melakukan persajian, selesai.

Bait 7-10 : Desa Kalasan dianugerahkan: para pangkur, tawan dan tirip, adhyaksa dan para pembesar menjadi saksi. Tanah anugerah sang raja harus dijaga baik-baik oleh para raja keturunan wangsa Syailendra, oleh para pangkur, para tawan, para tirip dan para pembesar yang bijak turun temurun. Raja mengulangi pesannya kepada para raja yang memerintah kemudian supaya candi itu dibina demi kebahagiaan semua orang.

Bait 11-12 : Diharapkan agar berkat pembangunan biara itu semua orang memperoleh pengetahuan tentang kelahiran, memperoleh tibavopapanna dan mengindahkan ajaran Jina. Yang Mulia Kariyana Panangkaran sekali lagi mengulangi pesannya kepada semua raja yang akan menyusul untuk membina biara itu sesempurna-sempurnanya.



Prasasti Kelurak 782 M

- Pendirian arca Bhodisatwa manjusri ti ratna oleh pendeta Kumaragosha

- Yang memerintah adalah Dharanindra Sri sanggramadhananjaya yang menggunakan epiteton VAIRIVADAWIMATHANA



Prasasti Karang Tengah 824 M

- Raja Samaratungga mempunyai putri tunggal bernama Pramodawardhani, sang putri membangun candi Jinalaya yang sangat indah. Pada tahun Saka 746 sebuah arca Budha ditempatkan dalam candi

- Penghadiahan ladang padi sebagai tanah perdikan oleh Rakarayan Patapan Pu Palar



Prasasti Gandasuli, 832 M

Pembangunan candi Sang Hyang Wintang sebagai candi makam Dang Karayan Partapan Ratna Maheswara Sidhabusu Plar.



Prasasti Sri Kahulunan, 842 M

Peresmian desa Sri Kahulunan menjadi tanah perdikan karena penduduk desa tersebut diwajibkan memelihara bangunan suci Kamulan I Bhumi Sambhara.



Prasasti Tulang Air, 850 M

Pada tahun 772 S, Rakai Patapan Pu Manuku mendirikan perdikan di tulang air pada waktu yang menjadi raja Rakai Pikatan.



Prasasti Wantil, Ratu Boko (856 M)

1. Seorang raja bernama Jatiningrat, pemeluk agama Siwa kawin dengan seorang permaisuri pemeluk agama lain.

2. Balaputra menimbun ratusan batu untuk dijadikan benteng pertahanan dan bersembunyi dalam perang melawan Jatiningrat.

3. Raja itu mendirikan keraton di Medang di daerah Mamrati, sesudah itu mengundurkan diri sebagai raja, menyerahkan kekuasaan kepada Diah Lokapala.



Prasasti Argopuro, 863 M

Desa Wanua Tengah dijadikan desa perdikan oleh Rakai Pikatan Pu Manuku pada waktu yang menjadi raja Rakai Kayuwangi Pu Lokapala.



Prasasti Wuatan Tija, 880 M

Salah seorang permaisuri bernama Rakarayan Manat dan anaknya Diah Bhumi Jaya diculik oleh saudara laki-lakinya yang terkecil yang bernama Rakarayan Landeyan. Rakarayan Manat membunuh diri dengan jalan melemparkan dirinya ke dalam unggun api.

Sedangkan Diah Bhumi Jaya menghilang kea rah laut tetapi dibawa kembali ke istana oleh kepala desa Wuatan Tija.



Prasasti Mentyasih/ Kedu/ Balitung, 907 M

Memuat silsilah urutan raja-raja :
1. Sang ratu Sanjaya, Rakai Mataram
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (Dharanindra)
4. Sri Maharaja Rakai Warak (Samaragrawira)
5. Sri Maharaja Rakai Garung (Samaratungga)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang



Prasasti Wanua Tengah

1. Rahyang Ta I Hara
2. Rakai Panangkaran
3. Rakai Panaraban
4. Rakai Warak Diah Manara
5. Diah Gula
6. Rakai Garung
7. Rakai Pikatan Dyah Saladu
8. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala
9. Rakai Gurunwangi Dyah Badra
10. Rakai Wungkal Humalang Dyah Jebang





1016 PRALAYA
1019 AIRLANGGA DINOBATKAN
1028 MENYERANG RAJA BHISMAPRABAWA
1029 ADHAMAPANUDA
PERTEMPURAN WURATAN
1030 KERAJAAN WENGKER
1032 KERAJAAN WENGKER
RAJA WURAWARI
KERAJAAN DIPIMPIN WANITA DI SEBELAH SELATAN
1034 RAJA HASIN (Prasasti Waru)
25/8 1035 KERAJAAN WENGKER (Wijaya Lolos)
3/11 1035 WIJAYA DIBUNUH ANAK BUAHNYA
1035 MEMBANGUN ASRAMA SRIWIJAYA (Prasasti Turun Hyang)
1037 MEMBANGUN DAM DI WARINGIN PITU
1041 MEMBANGUN PERTAPAAN DI PUCANGAN
1042 MEMBAGI KERAJAAN : 1. JENGGALA
2. PANJALU




PRASASTI TURUN HYANG B (1044)

PEPERANGAN ANTARA MAPANJI GARASAKAN DAN RAJA PANJALU YANG PECAH TAK LAMA SESUDAH PEMBELAHAN NEGARA. OLEH KARENA PARA PENGETUA DESA TURUN HYANG MENUNJUKKAN KESETIAANNYA KEPADA MAPANJI GARASAKAN DALAM PEPERANGAN MELAWAN MUSUH MAKA BELIAU MEMBERI HADIAH TAMBAHAN KEPADA DESA TURUN HYANG.



PRASASTI MALENGA (1052)

ANUGERAH TANAH KEPADA PARA PENGETUA DESA DI MALENGA KARENA KESETIAANNYA KEPADA MAPANJI GARASAKAN DALAM PERANG MELAWAN HAJI LINGGAJAYA.



PRASASTI BANJARAN (1052)

ANUGERAH TANAH PERDIKAN KEPADA PEMBESAR BANJARAN KARENA KESETIAANNYA KEPADA SANG PRABU ALANJUNG AYES DALAM USAHA MEREBUT KEMBALI KERAJAAN JENGGALA YANG BERHASIL.



PRASASTI SUMENGKA (1059)

ANUGERAH DESA PERDIKAN SUMENGKA KEPADA PARA PENGETUA DESA YANG AKAN MEMPERBAIKI SALURAN AIR PENINGGALAN RAJA ERLANGGA OLEH SRI MAHARAJA RAKAI HALU PU JURU SAMAROTSAHA KARNA KESANA RATNA SANGKHA KIRTTISINGHA JAYANTAKA TUNGGADEWA.


RAJA-RAJA KERAJAAN PANJALU
 SAMARAWIJAYA (1042-1052 prasasti Malenga)
 AJI LINGGAJAYA
 SRI JAYAWARSA (1104 prasasti Sirah Keting )
 SRI BAMESWARA (1117 prasasti Pikatan,1130 prasasti Tangkilan)
 SRI JAYABHAYA (1135 prasasti Ngantang, 1157 Kakawin Bharatayudha)
 SRI SARWESWARA (1159 prasasti Padelegan II,1161 prasasti Kahyunan)
 SRI ARYESWARA (1171 prasasti Angin)
 SRI GANDRA (1181 prasasti jaring)
 KAMESWARA (1185 prasasti Ceker)
 SRENGGALANCANA (1194 prasasti Kamulan, 1205 prasasti Wates menyebut Kertajaya)

No comments:

Post a Comment